KOMUNIKASI
Kelompok Bunga Cempaka
1. Yanita Rahma Juita
2. Riska Indraswari
3. Prima Nur Hakim
4. Aulia Kusuma
5.Muhammad Al-Azhar
6. Natasha Erinia
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dari semua pengetahuan
dan keterampilan yang kita miliki, pengetahuan danketerampilan yang menyangkut
komunikasi termasuk di antara yang paling penting dan berguna. Melalui
komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri, mengenal
dirisendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang ini dan itu, mempertimbangkan
keputusan-keputusanyang akan diambil dan menyiapkan pesan-pesan yang akan kita
sampaikan kepada orang lain.Melalui komunikasi antar pribadi kita berinteraksi
dengan orang lain, mengenal mereka dandiri kita sendiri, dan mengungkapkan diri
sendiri kepada orang lain. Apakah kepada pimpinan,teman sekerja, teman
seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar pribadilah kita membina, memelihara,
kadang-kadang merusak (dan ada kalangnyamemperbaiki) hubungan pribadi kita.
DEFINISI KOMUNIKASI
Menurut Everett M. Rogers, mengemukakan
pendapatnya yaitu “ komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerimaan atau
lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Menurut Rogers & O.Lawrence Kincaid
“ komunikasi merupakan suatu interaksi dimana terdapat dua orang atau lebih
yang sedang membangun atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain
yang pada akhirnya akan tiba diamana mereka saling memahami dan mengerti.
Menurut Bernard Berelson dan Gary A
Steiner Komunikasi: transmisi informasi, gagasan,emosi,keterampilan dan
sebagainya,dengan menggunakan simbol simbol-kata kata,gambar,figur,grafik, dan
sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut
komunikasi.
Menurut Theodore M Newcomb Setiap tindakan
komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi,terdiri dari rangsangan
yang diskriminatif dari sumber kepada penerima.
DIMENSI KOMUNIKASI
A. DIMENSI ISI
Dimensi isi disandi secara verbal,
sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan
muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan
menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana
hubungan para komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
Dalam
komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi
hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan
untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel dalam
surat kabar, misalnya, hanya bukan bergantung pada isinya, namun juga pada
siapa, penulisnya, tata letak (lay oDimensi Komunikasi
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara
dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi)
komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan
bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para
komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
Dalam
komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi
hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel
dalam surat kabar, misalnya, hanya bukan bergantung pada isinya, namun juga
pada siapa, penulisnya, tata letak (lay out)-nya, jenis huruf yang digunakan,
warna tulisan, dan sebagainya.
B. DIMENSI KEBISINGAN
Menurut
Mahmud (1990:41) persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada dalam
otak. Meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap individu,
tetapi interpretasinya berbeda. Sedangkan menirut Davidoff (1988:237) stimulus
yang di indera itu oleh individu diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan,
shingga individu menyadari , mengerti tentang apa yang diindera itu, dan itulah
yang disebut persepsi.
Menurut Gibson (1995:340) persepsi
mencakup penerimaaan stimulus pengorganisasian, penafsiran stimulus yang
mempengaruhi tingkah laku individu. Setiap individu memberikan pengertian yang
berbeda pada stimulus yang sama dan melihat obyek yang sama serta melihat obyek
yang sama dengan cara yang berbeda sehingga menimbulkan tingkah laku yang berbeda
pula.
Meurut Walgito (1981:53) persepsi
mrupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses
yang berujud diterimanya stimulus oleh indiviodu melalui alat reseptornya.
Kemudian stimulus tersebut dilanjutkan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan
terjadilah proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang ia
lihat, dengar dan sebagainya, individu tersebut mengalami persepsi SK Menteri Negara
Lingkungan Hidup No: Kep-Men-48/MEN.LH/11/1996
menjelaskan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari
suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan , termasuk ternak,
satwa dan sistem alam. (www.pramita.com diakses pada tanggal 10 mei 2014 pukul 20.30 WIB)
Bell dkk dalam Prawiti dkk (2001) juga
mengungkapkan hal yang serupa bahwa kebisingan adalah suara yang tidak
diinginkan. Sedangkan Gifford (dalam Kusuma, 2007) bahwa kebisingan sebagai
suatu suara atau bunyi yang tidak
diinginkan dan yang tidak relevan dengan tugas atau aktivitas yang dilakukan
seperti suara yang berdengung dengung, berdesir – desir hingga telinga menjadi
pekak.
Dari beberapa
pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap kebisingan adalah
penerimaan stimulus, pengorganisasian, serta penafsiran stimulus terhadap bunyi
yang tidak diinginkan dan tidak relevan seperti suara yang berdengung – dengung
hinggga telinga menjadi pekak dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
Ciri
–ciri persepi terhadap kebisingan Menurut Irwanto (1991:88) ciri dari persepsi
adalah:
a) Modalitas:
rangsang – rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap – tiap
indera, yaitu sifat sensoris dasar dan masing – masing indera. Seperti cahaya
pada penglihatan, bau pada penciuman, bunyi pada pendengaran, suhu pada perasa
dan sifat permukaan pada peraba.
b) Dimensi
ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang, yaitu atas- bawah, luas-sempit,
tinggi rendah dan lain – lain.
c) Dimensi
waktu; dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda
dan lain – lain.
d) Struktur
konteks, keseluruhan yang menyatu; obyek atau gejala – gejala dalam dunia
pengamatan mempunyai stuktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan
konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.
e) Sedangkan menurut
Feliana (2011) indikator
persepsi terhadap kebisingan
adalah:
1. Gangguan pendengaran
2. Gangguan rekasi emosional
3. Gangguan pada pelajaran
4. Komunikasi
5. Fisiologis
Maka
dapat diambil ciri – ciri persepsi terhadap kebisingan adalah gangguan
pendengaran, gangguan reaksi emosional, gangguan pada pelajaran, komunikasi,
dan fisiologis.
3.
Dampak Kebisingan
Menurut
Buchari (2003), dampak dari kebisingan adalah:
I.
Gangguan Fisiologis
Pada
umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus
atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah (±
10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah
perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat. Bising
dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal
ini disebabkan bising
dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga
dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan
sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan
keseimbangan elektrolit.
II. Gangguan Psikologis
Gangguan
psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan
cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan
penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan
lain-lain.
III. Gangguan Komunikasi
Gangguan
komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang
jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara
berteriak. Gangguan ini
menyebabkan terganggunya
pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar
isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan seseorang.
IV. Gangguan Keseimbangan
Bising
yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau
melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing
(vertigo) atau mual-mual.
V. Efek pada pendengaran
Pengaruh
utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang
menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara
umum dari zaman dulu. Mula- mula efek bising pada pendengaran adalah sementara
dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising
dihentikan. Akan tetapi
apabila bekerja terus-menerus
di area bising maka
akan terjadi tuli menetap dan tidak
dapat normalkembali, biasanya
dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya
dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.
Dalam
teori di atas di sebutkan bahwa dampak dari kebisingan salah satunya adalah
gangguan psikologis yang termasuk di dalamnya adalah kelalahan. Kelelahan
adalah factor paling umum dari penyebab kejenuhan yang melanda siswa. (Muhibbin
Syah, 163:199)
C. DIMENSI JARINGAN
Jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan
untuk meneruskan pesan dari satu orng ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat
dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumberdaya yang
dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa
struktur jarngan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistim
komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari
satu orang keorang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bias dipandang
sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai
sarana komunikasi organisasi.
D. DIMENSI ARAH
Dimensi Arah adalah Komunikasi dalam konteks ini
dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah.
Komunikasi satu arah merupakan satu orang member informasi kepada orang lain
tanpa ada timbale balik, sedangkan komunikasi dua arah merupakan komuniikasi
dimana satu orang memberikan informasi ke orang lain, dan orang lain juga
memberikan informasi sehingga terjadi pertukaran informasi diantara keduanya.
Gaya komunikasi dua arah Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi
dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi The Equalitarian
Style dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks,
santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota
organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya
komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of
communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal
secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way communication).
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang
bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang
tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam
konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini
akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif
dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil
keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula
yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota
dalam suatu organisasi.
Sumber :
- Zarkasi, Muslichah. 1978. Psikologi Manajemen. Jakarta: Erlangga
- Mulyana, Deddy.2014. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
- Mortimer R. Fienberg, dkk.1996. Psikologi Manajemen, Jakarta: Penerbit Mitra Utama
0 komentar:
Posting Komentar