Fenomena stress pada wanita


Stres Kerja Pada Wanita 




















Stres Kerja Pada Wanita
Saat ini, wanita memiliki peran sosial dimana dapat berkarir dalam bidang kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik dengan didukung pendidikan yang tinggi. Secara tradisional, peran wanita seolah dibatasi dan ditempatkan dalam posisi pasif yaitu wanita hanyalah pendukung karir suami. Peran wanita yang terbatas pada peran reproduksi dan mengurus rumah tangga membuat wanita identik dengan pengabdian kepada suami dan anak. Sementara wanita modern dituntut untuk berpendidikan tinggi, berperan aktif, dan kritis .
Para wanita yang bekerja dikabarkan sebagai pihak yang mengalami stress lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya, wanita bekerja ini menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Stress yang dimaksud disini adalah stress yang menyebabkan ketegangan/penderitaan psikis sehingga menimbulkan kecemasan
       Sullivan & Bhagat (1992) menyebutkan bahwa banyak penelitian mengenai pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja dalam suatu organisasi. 
   Hasil penelitian Alberto (1995), Praptini (2000) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja salah satunya adalah stres kerja.
    Penyebab stress dapat dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal, di mana salah satu penyebab stress yang berasal dari eksternal yaitu beban kerja yang dirasakan individu sebagaimana diungkapkan oleh Cooper (dalam Rice, 1999).
       Menurut Georgia Witkin dalam bukunya The Female Stress Syndrome (1991), wanita memiliki penyebab stres yang unik, Witkin telah meneliti dalam waktu yang panjang. Menurutnya stres pada wanita sifatnya berbeda dengan ungkapan stres pada pria. Stres pada wanita sifatnya lebih lama dibandingkan pria dan stres itu sendiri diluar kendali mereka. Kedua faktor inilah menyebabkan stres berbahaya untuk kesehatan fisik dan psikologis
       Dalam ilmu psikologi, stress merupakan tekanan atau tuntutan pada organisme untuk beradaptasi atau menyelaraskan diri dengan lingkungan sehingga memiliki efek fisik dan psikis serta dapat membuat perasaan positif atau negatif . Sedangkan tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stress yang dialami seseorang. Tingkatan stress ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). Tingkatan stress pada instrumen ini berupa normal, rendah, sedang, berat, dan sangat berat .
Wanita karir adalah wanita yang mempergunakan waktunya untuk bekerja baik di dalam rumah maupun di luar rumah dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan yang akan dipergunakan bagi kebutuhan keluarga .
Ada beberapa macam stres yang dihadapi oleh wanita (Hendrix, Spencer & Gibson 1994), yaitu:
1. Wanita pekerja dipengaruhi oleh sumber stres yang biasanya dihadapi oleh laki-laki seperti beban kerja yang berlebihan, overskills, underutilization skills, kebosanan kerja, hubungan dengan pasangan dan anak, dan masalah keuangan.
2. Sumber stres yang kedua ini bersifat unik dan berasal dari pekerjaannya atau di luar pekerjaan. Yang berasal dari pekerjaan misalnya; kebosanan, rendahnya tingkat kekuasaan, permintaan tinggi dalam pekerjaan pekerjaan, dan sedikitnya promosi yang diberikan perusahaan .
Menurut Atkinson (Smet, 1996) stres adalah suatu kondisi yang terjadi apabila individu dihadapkan pada kejadian yang dirasakan sebagai ancaman terhadap kesejahteraan fisik maupun psikologis, serta ada ketidakpastian akan kemampuan diri untuk menghadapi strees tersebut
Hendrix, Spencer & Gibson (1994) juga menyatakan bahwa job stress yang diderita karyawan dipengaruhi oleh life stress mereka seperti hubungan dengan pasangan dan anak serta masalah keuangan. Dan job stres dapat menyebabkan kelelahan yang amat sangat, depresi, somatic systems, episode flu, dan mempengaruhi tingkat kehadiran karywan di tempat kerja.
Hubungan stres karyawan wanita terhadap kinerja karyawan
Menurut Atkinson (1996: 106) stres adalah suatu kondisi yang terjadi apabila individu dihadapkan pada kejadian yang dirasakan sebagai ancaman terhadap kesejahteraan fisik maupun psikologis, serta ada ketidakpastian akan kemampuan diri untuk menghadapi stres tersebut.. Menurut Robert L. Malthis dan John H. Jackson (2001: 82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:
1. Kemampuan mereka,
2. Motivasi,
3. Dukungan yang diterima,
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
5. Hubungan mereka dengan organisasi.
Hambatan Wanita Karir
Konflik peran ganda yang dialami oleh wanita karir dapat menyebabkan hambatan dalam pekerjaan. Seperti yang dikemukakan oleh Orenstein (dalam Puji, 2008) bahwa peran ganda dapat membuat wanita sulit meraih sukses di bidang pekerjaan, keluarga dan hubungan interpersonal sekaligus. Bila tidak ingin seperti itu disarankan sebaiknya wanita tersebut tidak berprinsip sebagai wanita super yang sanggup melakukan semuanya sendiri. Ketidakmampuan wanita karir dalam menyelesaikan konflik peran ganda tersebut dapat menyebabkan mereka menampilkan sikap kerja yang negatif misalnya kurang termotivasi dalam bekerja, kurang konsentrasi, karena urusan keluarga sehingga dengan demikian akan berpengaruh terhadap kinerja organisasi atau perusahaan secara keseluruhan Berdasarkan ulasan ini, konflik akibat peran ganda yang dimiliki oleh karyawan perempuan akan meningkatkan tingkat stres kerja karyawan perempuan yang nantinya juga akan berpengaruh pada kinerja karyawan perempuan tersebut.
Seperti yang diketahui, bahwa laki-laki dan perempuan masih mengalami kesenjangan dalam jumlah gaji meskipun bekerja pada level yang sama. Namun perempuan memiliki hak istimewa untuk cuti melahirkan selama tiga bulan, yang ternyata menimbulkan kecemburuan bagi kaum pria. Akibatnya, pria pun merasa memiliki hak untuk memberikan komentar miring mengenai pakaian yang kita kenakan atau bagaimana penampilan kita di kantor.
Dapat disimpulkan bahwa:
1. Faktor waktu untuk keluarga dan pandangan suami tentang peran ganda wanita terbukti berpengaruh pada tingkat stress wanita karir dalam peran gandanya.
 2. Tenaga kerja wanita yang merasa mempunyai waktu untuk keluarganya mempunyai kecenderungan untuk mengalami tingkat stress lebih rendah dari tenaga kerja yang merasa kurang mempunyai waktu untuk keluarganya.

 3. Tenaga kerja wanita yang merasa suaminya mendukung dalam berkarir mempunyai kecenderungan untuk mengalami tingkat stress yang lebih rendah dari tenaga kerja yang merasa suaminya kurang mendukung dalam berkarir.

Referensi :

  •   Riyanti, D. 1998.Psikologi umum 2 . Jakarta : Universitas Gunadarma
  • Ispriyanti, Nova Dwi. 2012. "Analisis Tingkat Stress Wanita Karir Dalam Peran Gandanya Dengan Regresi Logistik Ordinal". Media Statistika. Volume 5, Nomor 1, Juni 2012 : 37-47.
  • Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
  • Papalia, Diane E. Experience Human Development ; Twelfth Edition. Mc Graw Hill

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Followers


Recent Comments