Kepemimpinan (Leadership)
Anggota kelompok
1. Yanita Rahma Juita
2. Riska Indraswari
3. Prima Nur Hakim
4. Aulia Kusuma
5.Muhammad Al-Azhar
6. Natasha Erinia
2. Riska Indraswari
3. Prima Nur Hakim
4. Aulia Kusuma
5.Muhammad Al-Azhar
6. Natasha Erinia
PENDAHULUAN
Pemimpin (leadership)
mempunyai kedudukan paling penting dalam sebuah komunitas, kelompok
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini tidak akan aman, maju, terarah
jika tidak adanya seorang pemimpin maka kata kunci keberhasilan suatu bangsa
dan negara adalah terletak pada seorang pemimpin.
1. Definisi Kepemimpinan (LEADERSHIP)
a) Menurut George R. Terry
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada
dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja
secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan
b) Menurut Ordway Tead
Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai
yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugas.
c) Menurut R.M Bellows
Kepemimpinan sebagai proses pengaturan
sedemikian rupa, sehingga anggota-anggotanya kelompok termasuk si pemimpin,
dapat mencapai tujuan bersama dengan hasil maksimum dan dengan waktu kerja yang
minimum.
d) Menurut J.K Hemphill
Kepemimpinan adalah perilaku seseorang
individu sementara ia terlibat dalam pengarahan kegiatan kegiatan kelompok
Kesimpulan definisi
kepemimpinan menurut kelompok kami adalah kepemimpinan sebagai proses
pengaturan perilaku seorang individu untuk mempengaruhi orang lain untuk
bekerja dan menyelesaikan tugas secara sadar untuk mencapai tujuan bersama
dengan hasil maksimum dan dengan waktu kerja yang minimum.
2. Teori Kepimpinan Partisipasi
a) Teori x dan teori y
1) Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
2) Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur.
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
2) Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur.
b) Teori Sistem 4 Dari Rensis
Likert.
Perilaku pemimpin
dapat berorientasi pada tugas atau pada hubungan antar karyawan. Menurut teori
Rensis Likert kepemimpinan terdiri dari empat sistem kepemimpinan yaitu:
1) Exploitative outhoritative yaitu pemimpin yang tidak menaruh kepercayaan
kepada bawahannya, selalu menggunakan ancaman dan hukuman kepada karyawannya.
2) Benevolent authoritative yaitu pemimpin yang menaruh sedikit kepercayaan
kepada karyawannya, tetapi hubungannya masih seperti budak dengan tuannya.
Komunikasi ada sedikit terbuka tetapi tetap berdasarkan ketidakpercayaan.
3) Consultative yaitu pemimpin yang dalam proses pengambilan keputusan
untuk hal penting tetap di tangan pemimpin, tetapi kepercayaan sudah menjadi
dasar untuk berkomunikasi.
4) Parsitipative yaitu sistem yang ideal
ada kepercayaan penuh dari atasan.Percaya diri dan kreativitas
karyawan merupakan unsure penting. Komunikasi sangat terbuka hubungsn antar
karyawan lancar dan suasanaperusahaan segar dan sehat.
c) Teori Of Leadership Pattern Choice Dari
Tannenbaum & Scmidt
Perilaku tersebut bertitik tolak
daridua pandangan dasar:
1. berorientasi pada pemimpin ( bidang
pengaruh pimpinan)
2. berorientasi pada bawahan (bidang
pengaruh kebebasan bawahan).
Dari dua pandangan
dasar tersebut selanjutnya dikembangkan tujuh model gaya kepemimpinan dalam
pembuatan keputusan yang dilakukan pemimpin.
1) pemimpin
membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (teiling)
2) pemimpin
menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling)
3) pemimpin
menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan
5) pemimpin
memberikan keputusan tentatif, dan keputusan masih dapat diubah
6) pemimpin
memberikan problem dan minta saran pemecahannya pada bawahan (consulting)
7) pemimpin
menentukan batasan-batasan dan minta kelompok membuat keputusan
8) pemimpin
mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas_batas yang di tentukan (joining).
Menurut Tannenbaum
dan Schmidt dalam pemilihan gaya kepemimpinan yang efekti faktor yang harus
dipertimbangkan oleh seorang pemimpin yaitu:
1) Kekuatan yang ada pimpinan: meliputi latar belakang pendidikan, latar belakang kehidupan pribadi,
pengetahuan, nilai-nilai hidup yang dihayati, kecerdasan, pengalaman.
2) Kekuatan yang ada bawahan: tingkat kebutuhan bawahan akan tanggung jawab
dan kebebasan bertindak dalam pembuatan keputusan.
3) Tingkat pengetahuan dan berpengalaman yang dimiliki bawahan dalam
bekerja.
d) Modern Choice Approach To Participation
Konsep Decision Tree
of Leadership dari Vroom & Yetton
Normative Theory dari Vroom and Yetton
sebagai berikut :
1) AI (Autocratic) : Pemimpin memecahkan masalah atau membuat
keputusan secara unilateral, menggunakan informasi yang ada.
2) AII (Autocratic) : Pemimpin memperoleh informasi yang dibutuhkan dari
bawahan namun setelah membuat keputusan unilateral
3) CI (Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan dengan
bawahannya secara perorangan, namun setelah itu membuat keputusan secara
unilateral.
4) CII (Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya
secara berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat keputusan secara
unilateral.
5) GII (Group Decision) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya
secara berkelompok dalam rapat; Keputusan diperoleh melalui diskusi terhadap
konsensus.
Normative Theory:
Rules Designed To Protect Decision Quality (Vroom & Yetton, 1973) :
1) Leader Information Rule: Jika kualitas keputusan penting dan anda tidak
punya cukup informasi atau ahli untuk memecahkan masalah itu sendiri, eleminasi
gaya autucratic.
2) Goal Congruence Rule: Jika kualitas keputusan penting dan bawahan tidak
suka untuk membuat keputusan yang benar, aturlah keluar gaya partisipasi tertinggi.
3) Unstructured Problem Rule: Jika kualitas keputusan penting untuk anda
kekurangan cukup informasi dan ahli dan masalah ini tidak terstruktur,
eliminasi gaya kepemimpinan autocratic.
4) Acceptance Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk
implementasi efektif, eliminasi gaya autocratic.
5) Conflict Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk
implementasi efektif, dan mereka memegang opini konflik di luar makna
pencapaian beberapa sasaran, eliminasi gaya autocratic.
6) Fairness Rule: Jika kualitas keputusan tidak penting, namun
pencapaiannya penting, maka gunakan gaya yang paling partisipatif.
7) Acceptance Priority Rule: Jika persetujuan adalah kritikan dan belum
tentu mempunyai hasil dari keputusan autocratic dan jika bawahan tidak
termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi, gunakan gaya yang paling
partisipatif.
e) Teori Kepemimpinan Dari Konsep Contigency Theory Of Leadership Dari
Fiedler
Model kontingensi dari Fred Fridler, mengusulkan bahwa
efektifitas kinerja sebuah kelompok tergantung pada adanya kecocokan antara
gaya seseorang pemimpin dikala berinteraksi dengan bawahannya dan tergantung
pada derajat kontrol dan pengaruh situasi pada pemimpin. Friedler kemudian
mengembangkan kuesioner LPS (Least Prefered Co Worker), dimana responden
(pemimpin) di minta untuk memikirkan atau membayangkan seorang teman sekerjanya
yang paling menjengkelkan atau paling sulit di ajak kerjasama.
1. Mengidentifikasikan Gaya Kepemimpinan
2. Mendefinisikan
Situasi
Terdapat tiga dimensi situasional yang dapat
menjadi factor kunci untuk menetapkan efektifitas kepemimpinan :
a) hubungan
pimpinan-bawahan,
b) struktur tugas,
c) kekuatan
posisi.
3. Mencocokan Pemimpin dengan Situasi
Skor LPC seseorang dapat menentukan tipe situasi yang mana yang palin
cocok buat gaya kepemimpinannya. Ada dua cara untuk dapat meningkatkan
efektifitas kepemimpinan :
a) Menggantikan pemimpin untuk bisa cocok dengan situasinya,
b) Menggantikan situasi untuk bisa cocok dengan pemimpin.
4. Sumber
Kognitif : Perbaikan dari Model Fiedler
Ada dua dimensi yang di kemukakan di sini :
a) Para pemimpin yang intelegen dan kompeten akan meformulasikan
perencanaa-perncanaan, keputusan-keputusan, dan tindakan-tindakan strategis
yang lebih efektif.
b) Para pemimpin mengkomunikasikan rencana-rencana, keputusan-keputusan
clan strategi mereka yang lebih melalui perilaku direktif
f) Teori Kepemimpinan Dari Konsep Path Goal Theory
Pada intinya, teori path-goal
menjelaskan empat perilaku pemimpin, yaitu (Wahjono, 2010 : 284):
1) Pemimpin direktif, mengarahkan tentang apa yang harus dilakukan dan
bagaimana caranya, menjadwalkan pekerjaan, mempertahankan standar kinerja, dan
memperjelas peranan pemimpin dalam kelompok.
2) Pemimpin suportif, melakukan berbagai usaha agar pekerjaan menjadi lebih
menyenangkan, memperlakukan pengikut dengan adil, bersahabat, dan mudah bergaul
serta memperhatikan kesejahteraan bawahannya.
3) Pemimpin partisipatif, melibatkan bawahan, meminta saran bawahan dan
menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
4) Pemimpin yang berorientasi pada kinerja, menentukan tujuan-tujuan yang
menantang, mengharap kinerja yang tinggi, menekankan pentingnya kinerja yang
berkelanjutan, optimistik dan memenuhi standar-standar yang tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar